Filsafat Ilmu
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan Syukur mari kita panjatkan bagi Allah SWT. Tuhan Semesta Alam yang hanya kepadanyalah kita harus menghambakan diri. Solawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW., keluarga serta sahabat, tabi’ien, tabi’uttaabiin, akhirnya sampai kepada kita semua dan akhirnya kepada kita sebagai umat yang tunduk terhadap ajaran yang dibawanya.
Dalam pada itu, Penyusunan Karya Ilmiah ini merupakan salah Rangkain Tugas yang diberikan Oleh Dosen Mata Kuliah Filsafat IlmuPasca Sarjana Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Semester Satu Kelas B Mahasiswa UIN Mataram Dr. H. Lalu Muchin, Lc., MA.
Penulis merasa lega dan bahagia karena dapat menyelesaikan Karya Ilmiah yang berjudul “Integrasi dan Interkoneksi Ilmu Sains dalam Studi Islam “ ini sesuai dengan waktu yang di rencanakan. Penulis yakin Makalh ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengharapkan saran , kritik dan kontribusi pemikiran cerdas untuk perbaikan selanjutnya.
Penulis menyadari bahwa Proses penyelesaian Makalah ini tidak akan sukses tanpa bantuan dan keterlibatan semua pihak. Oleh karena itu, Penulis memberikan penghargaan setingii-tingginya dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya Karya Ilmiah ini, yaitu kepada Dr. H. Lalu Muchin, Lc., MA.sebagai Pembimbing dan Dosen Mata Kuliah Filsafat Ilmu Kependidikan IslamPasca Sarjana Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Semester I (Satu) Kelas B UIN Mataram, yang memberikan bimbingan, arahan, motivasi dan koreksi mendetail, terus-menerus, ditengah kesibukannya dalam suasana keakraban dalam Kelas yang menjadikan Makalah ini lebih matang dan selesai;
Semoga amal kebaikan dari berbagai pihak tersebut mendapat pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.Dan semoga karya Ilmiah ini bermamfaat bagi para mahasiswa, diri pribadi dan semesta alam jagat raya.Amin yaa Robbal ‘alamiin.
Mataram, 03 Januari 2019
Penyusun,
MUSLEHUDDIN
Nim.180 401 023
Daftar Isi
Daftar Isi
3. UntukapaIntegrasidanInterkoneksiFilsafat Ilmu dalamStudiIslam ?. 6
b. Wawasan dan Rencana Pemecahan Masalah. 6
TujuanPenulisanMakalah ini untukmendeskripsikan: 6
1. Integrasidaninterkoneksifilsafatilmu Jika ditinjau dari persfektif studiislam; 6
2. Bentuk IntegrasidanInterkoneksiFilsafat ilmu Jika ditinjau dari persfektif StudiIslam; 6
3. IntegrasidanInterkoneksiFilsafat Ilmu dalamStudiIslam.. 6
Pembahasan hasil penelitian. 7
c. Pengertian filsafat ilmu. 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kajian ke-Islaman selama ini yang sering dipahami oleh banyak orang adalah sebuah kajian yang berkenaan dengan ilmu-ilmu agama Islam.Demikian juga apabila disebut pendidikan Islam, yang muncul dibenak kita adalah pelajaran tauhid, fikih, tafsir, hadis, masailul fikih, tasawuf, akhlak, tarikh dan bahasa Arab. Segala yang dipahami dari realitas ini tidak lain adalah bahwa Islam seolah-olah hanya dipahami sebatas konsep iman, ibadah dan akhlak dalam arti sangat sempit. Jika dicermati lebih jauh lagi, seolah-olah tidak pernah ditemui perbincangan kajian Islam dengan persoalan ilmu seperti, ilmu politik, sosial, ilmu kimia, ilmu biologi, ilmu sejarah, dan sebagainya.
Untuk mengurangi ketegangan yang seringkali tidak produktif, dikenal istilah “integrasi dan interkoneksi” dengan rumpun ilmu. Ilmu Pendidikan Islam Transformatif (IPIT) mencurahkan perhatian pada problem kesenjangan “pemahaman” dan “pengamalan” agama melalui pendekatan dari bawah (pengalaman manusiawi). Pendidikan Islam Transformatif (PIT) merupakan upaya menyiapkan sumberr daya manusia yang modern sekaligus religius, serta tanggap pada perubahan yang ada disekitarnya dan berusaha mengejawatkan hasil pemikirannya, yakni perpaduan antara religiutas dan intelektualitas.
Dalam makalah ini, penulis akan membahas mengenai pemahaman tentang integrasi dan interkoneksi ilmu, kemudian integrasi dan interkoneksi ilmu pendidikan Islam trasformatif dengan rumpun ilmu pengetahuan yakni Ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan sosial (Social Science), serta pada akhir tulisan makalah ini penulis akan menganalisa dari hasil uraian yang telah dibahas.
a. Rumusan masalah
1. Dalambentukapakah Integrasidaninterkoneksifilsafatilmu Jika ditinjau dari persfektifstudiislam?
2. BagaimanaBentuk IntegrasidanInterkoneksiFilsafat ilmu Jika ditinjau dari persfektif StudiIslam?
3. UntukapaIntegrasidanInterkoneksiFilsafat IlmudalamStudiIslam ?
b. Wawasan dan Rencana PemecahanMasalah
TujuanPenulisanMakalahini untukmendeskripsikan:
1. Integrasidaninterkoneksifilsafatilmu Jika ditinjau dari persfektifstudiislam;
2. Bentuk IntegrasidanInterkoneksiFilsafat ilmu Jika ditinjau dari persfektif StudiIslam;
3. IntegrasidanInterkoneksiFilsafat IlmudalamStudiIslam
c. Rangkuman kajian teori
Ilmu pengetahuan Islam perlu direkonstruksi kembali dengan paradigma baru yaitu bahwa ilmu pengetahuan Islam menggambarkan terintegrasinya seluruh sistem ilmu pengetahuan dalam satu kerangka.Dalam ilmu pengetahuan Islam lazimnya digunakan pendekatan wahyu, pendekatan filsafat, dan pendekatan empirik, yang mana pembahasannya itu bisa melalui tentang fungsi ilmu pengetahuan ataupun tujuan ilmu pengetahuan.oleh Fathul Mufid bahwa: “Paradigma interkoneksitas berasumsi bahwa untuk memahami fenomena kehidupan yang dihadapi dan dijaani manusia, setiap bangunan keilmuan apapun, baik keilmuan agama, keilmuan sosial, humaniora, maupun kealaman tidak dapat berdiri sendiri.
Paradigma integrasi keilmuan berasumsi bahwa seolah-olah berharap tidak akan ada lagi perbedaan antara ilmu pendidikan Islam dengan ilmu umum, yakni dengan cara menggabungkan ilmu yang satu ke dalam yang lainnya. Perbedaan pendekatan integrasi-interkoneksi dengan Islamisasi ilmu adalah dalam hal hubungan antara keilmuan umum dengan keilmuan agama.Jika digunakan dengan pendekatan Islamisasi ilmu, yang terjadi adalah pemisahan atau dipilah, peleburan dan pelumatan antara ilmu umum dengan ilmu agama, jadi ilmu umum dihapuskan sehingga diganti dengan ilmu agama.
d. Metode penelitian
Pendekatan kualitatif deskriftif
BAB II
Pembahasan Hasil Penelitian
a. Pengertian integrasi
Dalam banyak kasus, Islam telah ditempatkan secara dikotomis, yang selama ini menimbulkan keterasingan dari disiplin ilmu yang lain. Hal ini antara lain yang menyebabkan ketertinggalan para intelektual muslim dalam menjawab perubahan zaman, temasuk dalam merumuskan multidimensional approach..Dengan demikian adalah wajar jika masyarakat menggugat para ilmuan muslim melalui upaya ilmuisasi pengetahuan dalam Islam.
Oleh karena itu, Ilmu pengetahuan Islam perlu direkonstruksi kembali dengan paradigma baru yaitu bahwa ilmu pengetahuan Islam menggambarkan terintegrasinya seluruh sistem ilmu pengetahuan dalam satu kerangka.Dalam ilmu pengetahuan Islam lazimnya digunakan pendekatan wahyu, pendekatan filsafat, dan pendekatan empirik, yang mana pembahasannya itu bisa melalui tentang fungsi ilmu pengetahuan ataupun tujuan ilmu pengetahuan.[1]
Paradigma integrasi keilmuan berasumsi bahwa seolah-olah berharap tidak akan ada lagi perbedaan antara ilmu pendidikan Islam dengan ilmu umum, yakni dengan cara menggabungkan ilmu yang satu ke dalam yang lainnya.[2]
Fathul Mufid mengatakan dalam kutipannya bahwa menurut Kuntowijoyo makna dari integrasi ilmu adalah usaha dalam memadukan (bukan sekedar menggabung) ilmu aqliyah dengan ilmu naqliyah.bentuk integrasi ini adalah menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai grand theory pengetahuan. Sehingga ayat-ayat tentang qauliyah dan qauniyah dapat digunakan.Selanjutnya makna integrasi lebih dalam lagi adalah, berkaitan dengan usaha menggabungkan keilmuan umum dengan keilmuan Islam tanpa harus menghilangkan ciri khas antara dua keilmuan tersebut.
b. Pengertian interkoneksi
Lebih lanjut sebagaimana dikemukakan oleh Fathul Mufid bahwa: “Paradigma interkoneksitas berasumsi bahwa untuk memahami fenomena kehidupan yang dihadapi dan dijaani manusia, setiap bangunan keilmuan apapun, baik keilmuan agama, keilmuan sosial, humaniora, maupun kealaman tidak dapat berdiri sendiri.[3]
Begitu juga ilmu pengetahuan tertentu sering kali menyatakan dapat berdiri sendiri, dan dapat menyelesaikan persoalan secara tersendiri, tidak memerlukan bantuan dan sumbangan dari ilmu yang lain.”
Perbedaan pendekatan integrasi-interkoneksi dengan Islamisasi ilmu adalah dalam hal hubungan antara keilmuan umum dengan keilmuan agama.Jika digunakan dengan pendekatan Islamisasi ilmu, yang terjadi adalah pemisahan atau dipilah, peleburan dan pelumatan antara ilmu umum dengan ilmu agama, jadi ilmu umum dihapuskan sehingga diganti dengan ilmu agama. Adapun integrasi dan interkoneksi ini lebih bersifat menghargai keilmuan umum yang telah ada, karena pada dasarnya ilmu umum itu telah memiliki basis epistemologi, ontologi dan aksiologi yang mapan, sambil mencari letak kesamaannya, baik dengan menggunakan metode pendekatan (approach) dan metode berpikir (procedure) antara keilmuan dan menggabungkan nilai-nilai keilmuan Islam ke dalamnya ilmu tersebut, sehingga jenis ilmu umum dan ilmu agama dapat saling bersatu tanpa saling menghilangkan satu sama lain.
Sebagaimana yang dikutip dalam buku integrasi ilmu agama dengan ilmu umum, mengatakan bahwa Alquran dan Sunnah sesungguhnya tidak membedakan antara ilmu pendidikan Islam dengan ilmu-ilmu umum.Yang ada pada Alquran adalah ilmu. Adanya pembagian antara ilmu umum dan ilmu agama adalah tidak lain hanya melalui hasil karya manusia yang mengidentifikasi setiap ilmu berdasarkan objek kajiannya. Ilmu pada hakikatnya berasal dari Allah. Para ilmuwan dalam berbagai bidangnya bukanlah pencipta ilmu, akan tetapi penemu ilmu, penciptanya adalah Tuhan, yakni Allah swt. Atas dasar pandangan integrated tersebut, maka seluruh ilmu hanya dapat dibedakan dalam nama dan istilah-istilahnya saja, sedangkan hakikat dan substansi ilmu sebenarnya satu, dan berasal dari Tuhan.[4]
Hubungan antara filsafat, agama, dan budaya.Filsafat merupakan kajian dan sikap hidup yang menggambarkan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam kebijaksanaan.Filsafat memiliki banyak cabang-cabang filsafat seperti logika, metodologi, metafisika, filsafat agama, dan lain-lainnya.Suatu ilmu pengetahuan itu saling berhubungan, begitu jugan dengan filsafat.Filsafat dapat berinter-relasi dengan filsafat, agama, dan budaya.Berikut penjelasannya.
1. Filsafat dan agama
Agama dan pilsafat memainkan peran yang mendasar dan fundamentaldalam sejarah dan kehidupan manusia.Selain menaruh filsafat sebagai sumber pengetahuan, barat juga menggunakan agama sebagai pedoman hidup.Hubungan filsafat dan agama di baarat telah terjadi sejak periode yunani klasik, pertengahan, modern, dan kontemporer, meskipun harus diakui bahwa hubungan keduanya mengalami pasang surut.Dewasa ini, dibarat terdapat kecendrungan yang kuat terhadap peranan agama.Masyarakat modern yang rasionalitik, vitalistik, dan matrealistik. Ternyata hampa spiritual sehingga mulai menengok dunia timur yang kaya nilai-nilai spiritual.kalau dilihat dari sudut pandang islam maka hubungan antara filsafat dan agama yaitu sangat erat hubungannya. Al-Qur’an mengatakan bahwa sarana yang digunakan dalam mempelajari objek, yakni akal dan objek yang diprintahkan untuk dipelajari yaitu yang bersifat realitas secara menyeluruh. Ayat-ayat yang menerangkan itu diantaranya “maka berfikirlahwahai orang-orang yang berakal dan berbudi” di sini dapat kita katakana bahwa Al-Qur’an memandang positif antara filsafat dan agama.
Kerja akal disebut berfilsafat jika dalam memakainya seseorang menggunakan metode berfikir yang memenuhi syarat pemikiran logis. Kebenaran tidak akan berlawanan dengan kebenaran, sehingga jika pemikiran akal (sebagai sumber asasi filsafat) dan Al-Qur’an (sebagai sumber asasi agama) tidak membawa pertentangan maka iu merupakan suatu kebenaran. Mengenai dikotomi (pembagian) agama dan filsafat serta hubungannya antara keduanya, para pemikir terpecah dalam tiga kelompok, diantaranya;
1. Berpandangan bahwa keduanya terdapat hubungan keharmonisan dan tidak ada pertentangan sama sekali
2. Berpandangan bahwa filsafat bertolak belakang dengan agama dan tidak ada kesesuaian sama sekali
3. Yang cenderung moderat, substansi gagasannya adalah pada sebagian perkara dan permasalahan terdapat keharmonisan antara filsafat dan agama dimana kaidah-kaidah filasafat dapat diaplikasikan untuk memahami, menafsirkan, dan menakwilkan ajaran agama.
2. Filsafat dan budaya
Budaya berasal dari bahas sangsekerta yakni budhayah.Kata ini berasal dari dua kata yaitu budi dan daya.Budi artinya akal, tabiat, watak, akhlaq, perangai, kebaikan, daya upaya, kecerdikan untuk pemecahan masalah.Sementara daya berarti kekuatan. Tenaga, pengaruh, jalan, cara, muslihat. Sementara dalam bahasa arab, kata yang dipakai untuk kebudayaan adalah al-hadlarah, as tsaqafiyah/tsaqafah yang artinya juga peradaban. Dalam bahasa inggris menggunakan kata Culture, bahasa jerman Kultuur, bahasa belanda Cultuur. Sedangakan menurut istilah adalah
1. Budaya adalah:cara berfikir dan cara merasa yang menyatakan diri dalam keseluruhan segi kehidupan dari segolongan manusia yang membentuk kesatuan social dalam suatu ruang dan waktu.
2. Budaya adalah: aspek ekspresi simbolik perilaku manusia atau makna bersama yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari sehingga menjadi consensus dan karenanya menagabaikan konflik
3. Budaya adalah: kondisi kehidupan biasa yang melebihi dari yang diperlukan (ibnu chaldun)
4. Budaya adalah: bentuk ungkapan tentang nilai rohaniah tinggi yang menggerakkan masyarakat atau khazanah historis yang terefleksikan dalam nilai yang menggariskan bagi kehidupan suatu tujuan ideal dan makna rohaniah yang jauh dari kontradisi ruang dan waktu.
Olehk arena itu, kebudayaan adalah suatu sikap bathin, sifat dari jiwa manusia, yaitu usaha untuk mempertahankan hakikat dan kebebasanya sebagai makhluk yang membuat hidup ini lebih indah dan mulia.[5]
c. Pengertian filsafat ilmu
Pengertian filsafat dalam sejarah perkembangan pemikiran kefilsafatan antara satu ahli filsafat dan ahli filsafat lainnya, selalu berbeda dan hamper sama banyaknya dengan ahli filsafat itu sendiri. Pengrtian filsafat dapat ditinjau dari dua segi yakni secara etimologi dan terminology.
1. Filsafat secara etimologi
Kata filsafat dalam bahasa arabdikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa inggris dikenal dengan istilah philosophy serta dalam bahsa yunani dengan istilah philosophia.Kata phylosophia terdiri atas kata philen yang berarti cinta (Love) dan Sophia yang berarti kebijaksanaan (wisdom) sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya.Dengan demikian, seorang filsuf adalah pencinta atau pencari kebijaksanaan.Kata filsafat pertama kali digunakan oleh phytagoras (582-486 SM). Arti filsafat pada waktu itu, kemudian filsafat itu diperjelas seperti yang banyak dipakai sekarang ini dan juga digunakan oleh Socrates (470-390 SM) dan filsuf lainnya
2. Filsafat secara terminology
Adalah arti yang digunakan oleh istilah filsafat.Hal ini disebabkan batasan dari filsafat itu sendiri banyak maka sebagi gambaran diperkenalkan beberapa batasan sebagai berikut.
a. Plato, berpendapat bahwa filsafat adalah pengetahuan yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli karena kebenaran itu mutlak di tangan tuhan.
b. Aristoteles, berpendapat bahwa filsafat ilmu adalah (penegtahuan) yang meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, dan estetika.
c. Prof. Dr. Puad Hasan, filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berfikir radikal, artinya mulai dari radiksnya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak dipermasalahkan.
d. Immanuel kant, filsuf barat dengan gelar raksasa ppemikiran eropa mengatakan filsafat adalah ilmu pokok dan pangkal segala pengetahuan yang mencakup di dalamnya empat persoalan:
1. Apa dapat kita ketahui, dijawab oleh metafisika?
2. Apa yang boleh kita kerjakan, dijawab oleh etika?
3. Apa yang dinamakan manusia, dijawab oleh antropologi agama?
4. Sampai dimana harapan kita, dijawab oleh agama?
e. Rene Descartes mengatakan bahwa filsafat ilmu adalah (pengetahuan) tentang hakikat bagaimana alam maujud yang sebenarnya.
3. Spekulatif artinya hasil pemikiran yang diproleh dijadikan dasar bagi pemikiran selanjutnya. Hasil pemkiran bberfilsafat selalu dimaksudkan sebagai dasar untuk menelusui bidang-bidang pengetahuan yang baru. Namun demikian, tidaklah berarti hasil pemikiran kefilsafatan tersebut meragukan kebenarannya karena tidak pernah tuntas.
d. Pengertian studi islam
Secara alamiah, manusia tumbuh dan berkembang sejak dalam kandungan sampai meninggal, mengalami proses tahap demi tahap. Demikian pula kejadian alam semesta ini diciptakan tuhan meladanlui proses setingkat demi setingkat. Pola perkembangan manusia dan kejadian alam semesta yang berproses demikian berlangsung diatas hokum alam yang ditetapkan oleh Allah SWT sebagai sunnatullah.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan peribadi manusia, aspek rohaniah dan jasmaniah, juga harus berlangsung secara bertahap. Oleh karena itu, suatu kematangan yang bertitik akhir pada oftimalisasi perkembangan atau pertumbuhan, baru dapat tercapai bilamana sudah berlangsung proses demi proses kea rah tujuan akhir perkembangan atau pertumbuhannya. Tidak ada satupun mahluk ciptaan tuhan diatas bumi yang dapat mencapai kesempurnaan atau kematangan hidup tanpa berlangsung melalui suatu proses. Akan tetapi, suatu proses yang diinginkan dalam usaha kependidikan adalah proses yang terarah dan bertujuan, yaitu mengarahkan anak didik (manusia) kepada titik optimal kemampuannya. Sedangkan tujuan yang hendak dicapai adalah terbentuknya keperibadian yang bulat dan utuh sebagai manusia yang di individual dan social serta hamba tuhan yang mengabdikan diri kepada-Nya.
Berdasarkan pemikiran diatas, banyak ahli filsafat pendidikan memberikan arti pendidikan sebagai suatu proses bukan suatu seni atau tehnik. Berikut beberapa ahli pendidikan di barat yang memberikan arti pendidikan sebagai proses sebagai berikut :
1. Mortimer J. Adler
Mengartikan pendidikan adalah proses dengan mana semua kemampuan manusia (bakat dan kemampuan yang diperoleh) yang dapat dipengaruhi oleh pembiasaan, disempurnakan dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik melalui sarana-sarana yang secara arsistik dibuat dan dipakek oleh siapapun untuk membantu orang lain atau dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan yaitu kebiasaan yang baik.
2. Herman H Horne
Berpendapat bahwa pendidikan harus dipandang sebagai suatu proses penyesuaian diri manusaia secara timbal balik dengan alam sekitar, dengan sesame manusia, dengan tabiat tertinggi dari kosmos. Dalam pengertian alamiah yang luas, proses kependidikan tersebut menyangkut proses seseorang menyesuaikan dirinya dengan dunia sekitarnya. Sedangkan dalam pengertiannya yang lebih dangkal (sempit) dunia sekitarnyapun melakukan proses penyesuaian dengan dirinya. Dia belajar untuk mengetahui cara-cara jalannya alam dan dalam batas-batasan tertentu ia harus dapat mengontrol alam sekitar itu. Dia juga belajar mengenai apa saja yang diperlukan oleh sesama manusia terhadap dirinya dan bagai ia harus bekerja sama dengan orang lain, serta bagai mana mempengaruhinya.
3. William Mc Gucken. S. J
Berpendapat bahwa pendidikan diartikan oleh ahli skolastik, sebagai perkembangan dan kelengkapan dari kemampuan-kemampuan manusia, baik moral, intelektual, maupun jasmaniah yang diorgnisasikana, dengan atau untuk kepentingan individual atau social dan diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang bersatu dengan penciptanya sebagai tujuan akhirnya.
Dalam definisi ini terlihat jelas bahwa pendidikan harus mampu mengarahkan kemampuan dari dalam diri mansusia menjadi suatu kegiatan hidup yang berhubungan dengan tuhan (penciptanya) baik kegiatan itu bersifat peribadi maupun kegiatan social. Bila mana definisi-definisi yang telah disebutkan diatas dikaitkan dengan pendidikan islam, akan kita ketahui bahwa pendidikan islam lebih menekankan pada keseimbangan dan keserasian perkembangan hidup manusia, sebagai berikut:
a. Pendidikan islam menurut prof. Dr omar Muhammad al touny al syaibany, diartikan sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui proses kependidikan, perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai islam.
b. Hasil rumusan seminar pendidikan islam se Indonesia tahun 1960, memberikan pengertian pendidikan islam : sebagai bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua ajaran islam. Istilah membimbing, mengarahkan, mengasuh, mengajarkan atau melatih mengandung pengertian usaha mempengaruhi jiwa anak didik melalui proses setingkat demi setingkat menuju tujuan yang ditetapkan, yaitu menanamkan taqwa dan akhlak serta menegakkan kebenaran sehingga terbentuklah manusia yang berkeperibadian dan berbudi luhur sesuai ajaran islam.
c. Hasil rumusan kongres se dunia II tentang pendidikan islam melalui seminar tentang konsepsi dan kurikulum pendidikan islam tahun 1980 dinyatakan bahwa : pendidikan islam ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan peribadi manusia secara menyeluruh melalui latihan-latihan kejiwaan, akal fikiran, kecerdasan, perasaan dan panca indra. Oleh karena itu, pendidikan harus mengembangkan seluruh aspek kehidupan manusia, baik spriritual, intelektual, imajinasi (fantasi) jasmaniah, keilmiahannya, bahasannya, baik secara individual maupun kelompok, serta mendorong aspek-aspek itu kea rah kebaikan pecapaian kesempurnaan hidup.[6]
BAB IV
Penutup
a. Kesimpulan
b. Integrasi dan interkoneksi ilmu pendidikan Islam transformatif dengan ilmu pengetahuan agama dapat dilihat melalui kenyataan bahwa agama merupakan dasar utama dari Pendidikan Islam Transformatif (IPIT). Tanpa adanya ilmu pengetahuan agama, maka pendidikan Islam tidak bermakna.
c. Integrasi dan interkoneksi ilmu pendidikan Islam transformatif dengan ilmu pengetahuan sosial dapat dilihat melalui kenyataan bahwa pendidikan Islam selalu dilaksanakan dengan adanya interaksi, dalam hal ini, maka ilmu pendidikan Islam harusnya berdiri ataupun disandingkan dengan ilmu pengetahuan sosial.
d. Integrasi dan interkoneksi ilmu pendidikan transformatif sangatlah relevan, sebagaimana dengan tujuan Pendidikan Islam Transformatif (PIT) yang ingin melahirkan individu yang memiliki cakrawala luas serta religius, maka interkoneksi dan integrasi ini merupakan wahana untuk menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pemikiran religiuitas dan intelektualitas tersebut.
b. Saran
Penulisan makalah merupakan karya ilmiah untuk memenuhi tugas dari mahasiswa baik yang strata satu, Magister, maupun program Doktor. Maka dari itu sekiranya dapat bimbingn yang konsistensi dan kontineu untuk keberlangsungan tugas ini. Karena makalah ini jauh dari kesempurnaan dan merupakan batas kemampuan penyusun dalam menyusunnya. Oleh karena itu bimbingan yang berkelanjutan sangat kita butuhkan dari bapak ibu dosen
Daftar Pustaka
Arifin, Muzayyin. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2014.
Fathul, Mufid. “Integrasi Ilmu-Ilmu Islam, Dalam Jurnal Penelitin” 1, no. 1 (January 6, 2013).
Nata, Abudin. Integrasi Ilmu Agama Dan Ilmu Umum. Jakarta: Raja Grafindo persada, 2005.
Suaedi.Pengantar Filsafat. Bogor: PT. IPB Press, 2016.